Langsung ke konten utama

MENJEMPUT BEASISWA BERSAMA ALLAH

          “Alhamdulillah, mama seneng nak” siang itu ku dengar dari seberang telefon, yes, she’s my mom! Kebayang kan betapa bahagianya saat kita jadi anak rantau dan berhasil memberikan kabar bahagia pada orang-orang terkasih di rumah? Setidaknya tidak melulu menelfon hanya untuk mengabari bahwa saldo di ATM telah habis hehe.
          Jadi, begini ceritanya. Siang itu sudah rapi banget diri ini, siap untuk berangkat kuliah. As a normal student, rada males kan kuliah pas cuaca lagi panas-panasnya, eh apa ini aku yang ngga normal ya? Kalo kamu semua mah sepertinya pada rajin mau panas bagaimana pun untuk beraktivitas, Aamiin hehe. Diamlah sejenak diri ini di depan kipas kecil yang pun dalam kos berukuran kecil tempatku tinggal. Seperti kebanyakan orang jaman sekarang yang paling ngga bisa ngebiarin hp nganggur bentaran aja (padahal yang ngechat gaada wkwk), ku buka Whatsappku dan langsung tertuju pada sebuah grup obrolan yang memang sering aku stand by disana akhir-akhir ini, menunggu info-info penting demi kelangsungan hidup hehe, and this is what I got there :

Potongan soft file yang ku dapati di grup WA “Calon Penerima Beasiswa BI”
19 Maret 2019
          And yah Alhamdulillah, I’d been accepted as a scholarship awardee from Bank Indonesia. Mata terbelalak, tangan keringet dingin, deg-deg an, paket komplit. Berulang kali ku buka tutup soft file pengumuman itu, scroll up and down, tak lupa ku zoom pada bagian baris tabel namaku, karna barangkali aku salah lihat tetapi ternyata ngga ada yang keliru, aku benar-benar lolos! Ku lihat jam tanganku, sudah waktunya kelas di mulai dan aku masih di kamar kos (jangan ditiru hehe). Yang aku fikirkan saat itu hanyalah segera mengabari orang-orang di rumah. Segera ku telfon mamaku untuk mengabarkan berita bahagia ini. Dan ternyata untuk saat ini – sebagai seorang anak - memang tak ada ucapan yang lebih membahagiakan daripada mendengarkan kalimat-kalimat bahagia, syukur, sekaligus bangga yang terucap dari orang tua sendiri. Apa kalian juga merasakan hal yang sama? Ya, itulah yang ku dengar saat itu dari seberang telefon, dari mama di rumah yang jauh disana setelah beliau mendapatkan kabar ini. Menentramkan rasanya, membuatku semakin bersemangat untuk terus mendengarkan kalimat-kalimat seperti itu di kemudian hari.

“Tak ada ucapan yang lebih membahagiakan daripada mendengarkan kalimat-kalimat bahagia, syukur, sekaligus bangga yang terucap dari orang tua sendiri”

          Sebelum akhirnya aku terburu-buru memasang sepatu, mengunci pintu, lalu OTW kampus yang Alhamdulillah ternyata dosennya belum datang (tetap jangan ditiru ya kelakuanku hehe), ku sempatkan sujud syukur di kamar kos. Bersyukur pada Allah yang akhirnya membuktikan bahwa usaha dan doaku selama ini sama sekali tidak mengkhianati hasilnya. Bersyukur karna telah diberi kesempatan untuk membantu meringankan sebagian beban orang tua dalam menyekolahkanku sampai setinggi ini. Buat temen-temen yang telah lebih dulu berpengalaman merasakan menerima beasiswa pasti bisa membayangkan kan bagaimana perasaanku saat itu? Lega, bangga, bahagia, haru, campur aduk. Dan buat temen-temen yang belum pernah merasakannya, ayo semangat, kita sama-sama minta ke Allah supaya bisa dan terus diberi kesempatan merasakan nikmatnya mendapatkan beasiswa, Aamiin.
          Okay, begitulah sepenggal kesanku saat menerima beasiswa dari Bank Indonesia. Dan kalau kita lihat lagi judul dari pengalamanku kali ini, memang benar bahwa kita belum memasuki intinya, tentang sesuatu yang ingin aku bagikan kepada kalian. Sesuatu yang berharga menurutku dan sangat disayangkan jika hanya aku yang merasakannya. Semoga bermanfaat dan bisa kalian ambil hikmahnya.
          Menjemput beasiswa bersama Allah. Apa maksudnya? Ya tak lain maksudnya adalah dalam hidup ini apa-apa memanglah harus kita jemput, kita kejar, dan kita perjuangkan pake cara-caranya Allah. Termasuk dalam hal mengejar beasiswa yang mana seusia kita nih – para pelajar maupun mahasiswa – sangat ambisius untuk mendapatkanya. Dan sebelum kita lanjutkan, perlu diingat bahwa ilmu agamaku masih sangat sangat sangat sedikit kalau harus dibandingkan dengan kalian yang mungkin sudah lebih lama dan banyak menimba ilmu agama. Aku hanyalah orang yang selalu berusaha yakin akan apa-apa yang telah Allah perintahkan dan Rasul-Nya ajarkan. Karna menurutku orang yang beriman adalah seseorang yang apabila telah diberi kepadanya suatu ilmu atau suatu jalan untuk dia jalani, dia akan langsung percaya dan menjalankannya. Let’s saySami’naa wa Atha’naa (Kami dengar dan kami taat)”. Oke dalam tanda kutip yaitu untuk apa-apa yang telah Allah katakan dalam Qur’an, termasuk juga apa-apa yang telah Rasulullah ajarkan kepada kita semua. Bukan malah jika kita mendapatkan suatu ilmu lalu kita masih memperdebatkannya, karna dikhawatirkan kita akan termasuk orang-orang yang ragu. Wallahu a’lam bi shawab.

“Dalam hidup ini apa-apa memanglah harus kita jemput, kita kejar, dan kita perjuangkan pake cara-caranya Allah”

          Selanjutnya aku akan mulai menceritakan bagaimana pengalamanku sebelum akhirnya mendaftar dan selama mendaftar menjadi penerima Beasiswa Bank Indonesia. Yang pastinya dibarengi dengan cara-caranya Allah. Just enjoy it dan semoga bermanfaat yah!
1. Memiliki Otak Tauhid
          Awalnya aku melihat sebuah poster sosialisasi Beasiswa Bank Indonesia yang tersebar di media sosial. Sosialisasi ini akan segera diadakan di kampusku, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Layaknya sebuah iklan yang lainnya, ku abaikan pemberitahuan tersebut. Namun saat H-1 kegiatan sosialisasi itu diadakan, aku mengajak seorang temanku untuk datang ke acara tersebut karena aku tak memiliki kelas kuliah apapun di hari itu. Hitung-hitung mengisi waktu di hari libur fikirku, daripada gabut di kamar kos seharian hehe.
          Sesampainya di lokasi, aku rada panik karna tidak ada namaku di daftar hadir, aku baru ingat kalau harus registrasi online terlebih dahulu dan sudah ditutup pendaftarannya. Eits Alhamdulillah masih bisa daftar OTS alias On the Spot hehe. Tetapi aku ngga dapet konsumsi seperti temanku yang melakukan registrasi online, haha yasudahlah ikhlaskan.
          Selama kegiatan sosialisasi berlangsung ku dapati semangat-semangat baru, ilmu juga pengetahuan baru tentang bagaimana cara untuk menjadi penerima beasiswa Bank Indonesia dan apa saja yang harus dilakukan selama menjadi penerima beasiswa Bank Indonesia. Tapi, di lain sisi aku pun tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku juga merasakan minder melihat betapa banyaknya yang juga hadir di acara tersebut yang tidak kalah memiliki semangat yang menggebu-gebu. Apalagi melihat tidak sedikit kakak-kakak tingkat alias senior yang sepertinya juga akan mendaftar, wah dalem hati rasanya pengen ngomong “Aku mah apa, hanya butiran debu” haha tapi ngga boleh ya, ngga boleh memproduksi kata-kata negatif meskipun cuma di dalem hati hehe.
          Dan sebenernya aku memutuskan untuk biasa saja setelah menghadiri acara tersebut, “yaudahlah ngga perlu daftar, toh niat awalnya cuma mau ngisi waktu luang hari ini, lagian males ah ribet nyiapin berkas ini itu” fikirku saat itu. Tetapi atas izin Allah saat itu aku memang lagi suka-sukanya mendengarkan ceramah Ustadz Yusuf Mansur. Begitu banyak ilmu-ilmu yang beliau bagikan salah satunya adalah ilmu yakin, mungkin nanti temen-temen juga bisa mencari dan mendengarkan ceramah-ceramah beliau itu, it’s very useful guys to make us realize that we can do anything with Allah!

“We can do anything with Allah”

          Mulailah aku menyiapkan segala berkas yang dibutuhkan untuk mendaftar sebagai calon penerima beasiswa BI tersebut. Fikirku saat itu sesekali memang harus membantu meringakan beban orang tua sembari mengetes seberapa besar ilmu yakin bisa berpengaruh pada kesuksesan rencana hidup kita, dan kalaupun memang pada akhirnya aku tidak lolos, anggap saja untuk menambah wawasan tentang bagaimana cara mengurus mendaftar beasiswa yang mungkin di kemudian hari bisa sangat bermanfaat. Intinya mah kudu pinter-pinter memaknai berbagai peristiwa hidup, mau manis, mau pahit di akhirnya, yang penting semuanya harus dimaknai dengan yang positif-positif aja.

“Kudu pinter-pinter memaknai berbagai peristiwa hidup, mau manis, mau pahit di akhirnya, yang penting semuanya harus dimaknai dengan yang positif-positif aja”

          Nah bicara soal ilmu, apalagi tentang ilmu agama, insyaaAllah sudah sangat mulia jika kita mencari ilmu tersebut, tapi apakah hanya sampai disitu? Tentu saja tidak. Rasanya kurang lengkap jika tidak langsung mempraktikkannya, meskipun disini aku juga masih termasuk orang-orang yang insyaaAllah akan terus belajar hingga bisa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tapi jujur aku yang atas izin Allah kalau udah denger meskipun sedikit ilmu-ilmu tentang kebesaran Allah, rasanya pengen langsung aja ngepraktikkin, pengen langsung aja ngetes bagaimana kebesaran Allah ini bener-bener bisa pengaruh ke segala rencana hidupku, tentu saja tujuan akhirnya adalah untuk menambah keimanan dan kepercayaan kita kepada kebesaran Allah, kepada kemampuan Allah yang tidak ada tandingannya.
          Salah satu ilmu tersebut yang aku maksud disini adalah ilmu yakin. Kita sebagai seorang muslim udah sering banget dong pastinya membaca potongan ayat Qur’an yang seperti ini “Wa lillaahi mulkussamaawaati wal ard”? Oke aku kasih beberapa contoh yaitu di Surah Ali ‘Imran ayat 189 yang artinya mantul (mantap betul) nih hehe, begini bunyi dan artinya :
 “Wa lillaahi mulkussamaawaati wal ard, Wallaahu ‘alaa kulli syai’in qadiir” 
(Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu).
Nah ada juga nih di Surah Ali ‘Imran ayat 109 yang bunyi dan artinya juga ngga kalah mantul :
“Wa lillahi maa fissamaawaati wa maa fi lard, wa ilallahi turja’ul umuur”
(Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan).
InsyaaAllah kita semua kalau lagi baca Qur’an, lagi khatamin Qur’an minimal di bulan Ramadhan (semoga ngga pas Ramadhan aja ya hehe), pasti sering nemuin “Wa lillaahi mulkussamaawaati wal ard” atau “Wa lillahi maa fissamaawaati wa maa fil ard” yang mana arti kasarannya sih semua yang di langit dan di bumi nih, semua semuanya itu cuma punya Allah tanpa terkecuali. Bener-bener Allah ngga bosen buat ngulangin kalimat ini, maksudnya apa? biar apa? aku percaya ini buat ngingetin kita kalau pengen apa-apa, kalau pengen jadi apapun datengnya ke siapa? mintanya ke siapa? Ya ke Allah doang. Pokoknya segala mimpi yang kita rencanakan, kita kembalikan ke Allah, kita bawa ke Allah. Karna semuanya yang di langit dan bumi punya Allah, cuma Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu artinya cuma Allah yang bisa bikin kita punya ini itu, bisa jadi ini itu.

 “Kalau pengen apa-apa, kalau pengen jadi apapun datengnya ke siapa? mintanya ke siapa? Ya ke Allah doang. Pokoknya segala mimpi yang kita rencanakan, kita kembalikan ke Allah, kita bawa ke Allah. Karna semuanya yang di langit dan bumi punya Allah, cuma Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu artinya cuma Allah yang bisa bikin kita punya ini itu, bisa jadi ini itu.”

          Begitu juga contohnya beasiswa. Pengen dapet beasiswa di dalem negeri maupun luar negeri, beasiswa S1 maupun S2 juga S3, mau partial mau full, teteplah punya Allah apapun bentuk beasiswanya. Kalau kita udah sepakat dan yakin bahwa pemilik beasiswa adalah Allah maka kudu yakin juga kalau yang bisa ngasih beasiswa itu cuma Allah. Ibaratnya kalau di kacamata manusia, misal kita lihat anak kecil yang sama sekali belum ada kemampuan buat punya uang sendiri. Nah kalau misalnya si anak kecil itu pengen beli mainan, otomatis dia bakal minta duitnya ke siapa? ya ke orang tuanya, karna dia tau dia milik orang tuanya, orang tuanya yang bertanggung jawab atas kehidupannya, jadi ya cuma orang tuanya yang bisa beliin dia mainan. Terus mintalah si anak kecil ini ke orang tuanya, mau minta dengan ngomong baik-baik kek, sambil nangis kek, atau bahkan ngamuk-ngamuk pun terserah dia yang penting pada akhirnya orang tuanya mau beliin dia mainan dan akhirnya dia bisa main sama mainan tersebut. Tapi itu fikiran anak kecil loh ya, ya gapapalah. Kalau udah gede kayak kita amah, udah tau ilmu, kudu yakin kalau duit itu cuma punya Allah. Kudu yakin juga kalau kita ini sejatinya milik Allah, bakalan kembali juga ke Allah, dan cuma Allah yang paling bertanggung jawab sama kehidupan kita. Jadi kalau misalnya butuh duit atau apapun itu mintanya harus sama Allah dulu. Masalah nanti lewat perantara orang tua, suami/istri, atau orang lain ya itu terserah Allah, kehendak Allah. Yang penting Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Oke ini self reminder banget juga buat aku hehe.
          Terus usahanya dimana dong? Kalau ngomongin masalah usaha, masalah ikhtiar, bentar dulu. Kan ini masih bahas tentang tauhid, tentang keyakinan kita atas keesaan Allah, tentang kebesaran Allah. Karna ini penting banget sebelum kita bertindak, sebelum kita action mewujudkan mimpi-mimpi kita. Harus yakin dulu kalau cuma Allah yang bisa mewujudkan mimpi-mimpi kita, cuma Allah yang bisa nolongin kita, dan cuma Allah yang memiliki semua yang di langit dan di bumi. Nah setelah itu baru deh action, misalnya beasiswa nih, mulai dah tuh lengkapin selengkap-lengkapnya berkas yang dibutuhkan, berikan dan tunjukkan yang terbaik berdasarkan value diri kamu saat interview atau tahap seleksi yang lain untuk menjadikanmu benar-benar pantas mendapatkan beasiswa tersebut.

“Sebelum kita bertindak, sebelum kita action mewujudkan mimpi-mimpi kita. Harus yakin dulu kalau cuma Allah yang bisa mewujudkan mimpi-mimpi kita, cuma Allah yang bisa nolongin kita, dan cuma Allah yang memiliki semua yang di langit dan di bumi.”

2. Bersahabat dengan Qur’an
          Kita semua pasti sudah tidak asing lagi dong tentang pahala yang akan kita dapatkan dari membaca Qur’an. Tentang di setiap satu hurufnya yang kita baca maka kita akan mendapatkan 10 kebaikan bahkan lebih. Rasanya sayang sekali jika kita menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan banyak kebaikan ini. Misal jika kita menabung uang di bank, kita bisa mencairkan tabungan tersebut kapanpun kita membutuhkannya. Begitupun dengan Qur’an, dengan seringnya kita membaca Qur’an, maka itu sama saja kita sedang menabung kebaikan yang mana kita bisa mencairkan tabungan kebaikan tersebut kapanpun kita membutuhkannya. Itulah yang aku percaya dari salah satu keajaiban Qur’an. Asal kita mau, kita semangat di setiap harinya untuk jangan sampai sama sekali tidak membaca Qur’an supaya kita selalu dikelilingi dengan berbagai kebaikan dari Allah. Mari jadikan ini untuk saling mengingatkan hehe.

“Jika kita menabung uang di bank, kita bisa mencairkan tabungan tersebut kapanpun kita membutuhkannya. Begitupun dengan Qur’an, dengan seringnya kita membaca Qur’an, maka itu sama saja kita sedang menabung kebaikan yang mana kita bisa mencairkan tabungan kebaikan tersebut kapanpun kita membutuhkannya.”
          Lalu bagaimana dengan para penghafal Qur’an? Apakah kamu salah satunya? hehe Aamiin. Ngga kebayang dong berapa banyak kebaikan yang mereka tabung. Mereka tidak hanya membaca, tetapi setelah itu juga mengulang per ayatnya sampai hafal, belum lagi memurojaah hafalan yang telah dimiliki. Dan kalau diakumulasikan, maka kuantitas ayat Qur’an yang mereka baca jauh lebih banyak daripada mereka yang tidak menghafal. Hal ini terbukti dengan bagaimana kehidupan para penghafal Qur’an yang segala urusannya menjadi termudahkan atas izin Allah. Contoh Wirda Mansur, putri sulung dari Ustadz Yusuf Mansur. Dia rela meninggalkan bangku sekolah saat kelas 5 SD untuk fokus menghafalkan Al-Qur’an. Lalu apakah kehidupan selanjutnya dari Wirda Mansur menjadi lebih buruk daripada kita yang keep on the track alias ngikutin arus yaitu bersekolah normal dari SD lanjut SMP lanjut SMA dan seterusnya? not at all guys. Justru hidupnya menjadi lebih berwarna, lebih banyak pengalaman yang semuanya menjadi termudahkan setelah dia berhasil menghafalkan 30 juz Al-Qur’an. Dia mendapatkan panggilan mengajar Qur’an di beberapa negara seperti Taiwan, Hongkong, Amerika, dan masih banyak lagi, bahkan sempat menjadi duta Al-Qur’an di Amerika. Dia juga mendapatkan tawaran beasiswa dari berbagai negara, salah satunya di Amerika lewat mengajar Qur’an sehingga dia bisa melanjutkan sekolah disana. Dan kalau kita mengikuti akun Instagramnya, dia mengatakan bahwa akan melanjutkan kuliahnya di Inggris. Wow semua ini aja udah amazing banget kan, tapi apa sampai disitu? belum guys hehe, Wirda ini juga seorang penulis buku dan pegusaha muda loh. Fashion, kosmetik halal, Travel, dan masih banyak lagi bidang bisnis yang dia geluti, kaya raya banget pokoknya di usia muda begitu, btw umurnya seumuran nih sama si penulis blog ini hehe jadi malu. Eh ngga dong, setiap orang di sekeliling kita ataupun orang yang kita tahu itu lebih sukses dan hebat dari kita, haruslah dijadikan motivasi untuk juga bisa lebih sukses dan hebat dari mereka. Bukan malah sibuk membanding-bandingkan lalu pada akhirnya menjadi minder dan tidak melakukan perubahan apa-apa. Semangat guys, kita semua juga hebat dengan cara dan kelebihan kita masing-masing! Okay balik lagi ke cerita Wirda tadi hehe, aku tambahin lagi nih kalimat motivasi dari dia untuk menambah semangat temen-temen agar mau bersahabat dengan Qur’an. Wirda nih percaya bahwa hal paling gampang untuk bisa pergi ke luar negeri adalah lewat Qur’an. Hal ini sejalan dengan apa yang pernah papahnya (Ustadz Yusuf Mansur) katakan ke dia bahwa kalau kita ngafal Qur’an itu seperti megang kunci dunia, jadi kemana aja kalau pake Qur’an bisa. Wirda juga bilang bahwa Qur’an itu kan mulia maka siapapun yang nempel sama Qur’an maka juga ikutan mulia, Qur’an itu juga tinggi derajatnya maka siapapun yang nempel sama Qur’an maka juga ikutan tinggi derajatnya. InsyaaAllah.


“Setiap orang di sekeliling kita ataupun orang yang kita tahu itu lebih sukses dan hebat dari kita, haruslah dijadikan motivasi untuk juga bisa lebih sukses dan hebat dari mereka. Bukan malah sibuk membanding-bandingkan lalu pada akhirnya menjadi minder dan tidak melakukan perubahan apa-apa. Semangat guys, kita semua juga hebat dengan cara dan kelebihan kita masing-masing!”

          Sampai sini apakah sudah cukup menginspirasi tentang bagaimana Qur’an bisa memudahkan segala impian kita? kalau belum, aku kasih satu contoh para penghafal Qur’an yang lain nih. Yaitu Ahmad dan Kamil, siapa yang tidak kenal mereka? dua hafidz cilik dari negeri kita tercinta yang berhasil membuat banyak orang terkagum-kagum akan kemampuannya. Ahmad mampu menghafalkan 30 juz Al-Qur’an dalam waktu 8,5 bulan sedangkan Kamil hanya butuh 6,5 bulan saja. Mereka tidak hanya menghafalkan 30 juz Al-Qur’an, tetapi juga hafal nomor dan nama surat, nomor ayat, nomor halaman, urutan baris ayat, letak ayat di sebuah halaman, bahkan juga menghafal ribuan hadits. Keduanya mulai dikenal saat Ahmad pernah menjadi juara pertama dan Kamil juara ketiga di Hafizh Indonesia 2017 yang ditayangkan di RCTI. Dan yang membuat mereka berdua semakin menginspirasi banyak orang adalah bahwa keduanya merupakan anak yatim bahkan Kamil pernah menjadi pengemis. Namun atas Kebesaran dan Kasih Sayang Allah, mereka dipertemukan dengan Ustadz Ike Muttaqin yaitu pembina Pesantren de Muttaqin Islamic Boarding School di Yogyakarta. Beliau lah yang selama ini mengasuh sekaligus mengajarkan Qur’an pada mereka berdua sehingga atas izin Allah kini mereka bisa mendapatkan banyak prestasi. Ahmad dan Kamil pun pernah menjadi tamu undangan khusus dari Dewan Mufti Rusia untuk melantunkan ayat suci Al-Qur’an di puncak acara 19th Moscow International Quran Reciting Competition. Ahmad juga pernah memperoleh juara ketiga sedangkan Kamil menempati posisi keenam pada lomba Hafiz Internasional 2018 di Jeddah, dan masih banyak lagi prestasi-prestasi mereka yang lainnya. 
          Selain mereka bertiga, sebenarnya masih banyak lagi para penghafal Qur’an lainnya yang tak kalah menginsipirasi. Temen-temen bisa cari tahu sendiri ya untuk menambah keyakinan kalian akan keajaiban Qur’an, karna kalau aku ceritakan semua bisa-bisa jadi novel nih tulisanku hehe. Intinya dari mereka bertiga ini kita bisa belajar bahwa siapapun yang mau deket sama Qur’an, entah dia udah gede atau masih kecil, dengan latar belakang apapun dan berasal dari kalangan manapun kalau emang mau mengopeni Qur’an, insyaaAllah semua jadi beres, semua hajat dan urusan menjadi termudahkan.

“Siapapun yang mau deket sama Qur’an, entah dia udah gede atau masih kecil, dengan latar belakang apapun dan berasal dari kalangan manapun kalau emang mau mengopeni Qur’an, insyaaAllah semua jadi beres, semua hajat dan urusan menjadi termudahkan.

          Dan ini yang juga aku rasakan, meskipun aku belum sedekat mereka bertiga dengan Qur’an. Bisa aku pastikan bahwa kemudahanku mendapatkan beasiswa ini berkat tabungan bacaan Qur’anku selama ini meskipun tidak banyak hehe, tetapi begitulah Allah, Kasih SayangNya tidak pernah pilih kasih untuk siapapun yang mau mencoba dekat dengan Qur’an. Untuk temen-temen yang punya mimpi-mimpi besar termasuk bisa dapet beasiswa apalagi di luar negeri, yuk mulai jangan jauh-jauh sama Qur’an, minimal istiqomah tiap hari baca Al-Waqi’ah yang apalagi dibarengi sholat dhuha, wah insyaaAllah rejeki ngga bakal kemana, ntar juga bukan kalian yang nyari beasiswa tapi malah beasiswa yang nyari kalian insyaaAllah. Semoga ini menjadi pengingat keras untuk aku juga ya hehe doain.

“Begitulah Allah, Kasih SayangNya tidak pernah pilih kasih untuk siapapun yang mau mencoba dekat dengan Qur’an.”

3. Shalawat
          Kita pasti tau bahwa begitu banyak keuntungan yang akan kita dapatkan jika kita mau membaca shalawat. Apa aja ya kira-kira? hehe banyak banget dong, antara lain kita akan mendapatkan rahmat dari Allah, syafa’at Rasulullah, sebagai penghapus dosa, bahkan kita akan bisa mendapatkan surga jika istiqomah memperbanyak membaca sholawat. Dan pastinya masih banyak lagi keutamaan dari membaca sholawat yang mungkin belum aku ketahui hehe. Tapi nih ada salah satu keajaiban dari sholawat yang membuat aku terkagum-kagum. Jadi gini, sebenernya antara doa dan langit itu terdapat hijab, hijab disini maksudnya adalah sebuah pembatas. Maka dari itu setiap kita berdoa tidak akan mudah sampai ke langit karna ada pembatas itu tadi, sehingga disinilah peran sholawat. Sholawat itu mampu menembus bahkan merusak pembatas itu bahkan bisa mengangkat doa kita. Itulah kenapa sebelum dan sesudah berdoa alangkah baiknya diiringi dengan sholawat agar doa kita lebih cepat sampai ke langit dan pastinya akan semakin cepat terkabulkan. Asal dibarengi keyakinan, insyaaAllah keajaiban ini benar-benar akan terjadi dan aku percaya sampai saat ini akan keajaiban sholawat yang satu ini.
          Dan inilah yang juga aku lakukan di waktu-waktu sebelum akhirnya diterima sebagai salah satu penerima beasiswa Bank Indonesia. Ku pasang sebuah pamflet beasiswa Bank Indonesia di kamar kosku dan setiap selesai sholat, ku usap-usap sambil ku bacakan shalawat minimal 10 kali. 
          Akhirnya jeng.. jeng.. jeng… Alhamdulillah aku lolos pada tahap seleksi berkas. Bener-bener ngga nyangka, yang awalnya cuma iseng daftar malah Allah beri kesempatan untuk menunjukkan lebih banyak usaha karna masih ada tahap seleksi berikutnya. Makin dah tuh, sholawatannya kudu makin dikencengin.
          Tibalah saatnya tes wawancara, mungkin kalau dilihat dari kacamata manusia, masih lebih banyak yang lebih pantas mendapatkan beasiswa ini daripada aku. Aku yang waktu itu masih belum bisa ini itu, kapasitasku masih gitu-gitu aja, dan mungkin masih belum banyak yang bisa dibanggakan dari seorang aku. Tapi apa waktu itu aku minder? not at all guys. Balik lagi ke ilmu yakin tadi yang udah nguatin mentalku, bahwa kita tidak perlu melihat kemampuan diri sendiri, tetapi kita harus melihat kemampuan Allah bahwa tidak ada yang tidak bisa Dia lakukan. Dan meskipun udah punya keyakinan yang besar, kita tetap harus memiliki kemauan untuk terus belajar meningkatkan kapasitas diri, supaya makin joss, udah punya ilmu yakin terus ditambah selalu mau berusaha, hebat dong!

“Kita tidak perlu melihat kemampuan diri sendiri, tetapi kita harus melihat kemampuan Allah bahwa tidak ada yang tidak bisa Dia lakukan”

          Bener-bener ajaib! ini pertama kalinya aku sama sekali tidak merasakan deg-deg an maupun grogi saat mengikuti tes wawancara. You know why guys? ini karna aku berhasil menyelesaikan membaca sholawat sebanyak 10.000 dari malam hari sebelum wawancara berlangsung sampai setelah wawancara tersebut selesai. Jadi pada saat wawancara berlangsung, ku bawa sholawatan aja dengan lirih yaitu disaat diri ini belum berkesempatan berbicara atau pada saat pewawancara masih mengajukan pertanyaan ataupun peserta lain sedang berbicara (fyi pada saat itu proses wawancaranya per 3 orang). Saat itu berani ku memberikan testimoni bahwa peran sholawat sangat mampu membuatku tenang dan lancar dalam mengikuti tes wawancara, tanpa gugup sedikitpun. Alhamdulillah. Apalagi kalau misalnya kita mau nih di setiap harinya istiqomah membaca sholawat, missal 1.000 sholawat perhari, insyaaAllah apapun kegiatan kita sehari-hari akan Allah lancarkan.
Sesaat setelah wawancara dan hendak kembali ke kos
Bank Indonesia KPw Malang, 01 Maret 2019
4. Sedekah
          Kalau andainya kita mau sekali-kali memikirkan bagaimana baiknya Allah kepada kita, pastinya kita tidak akan berhenti terkagum-kagum dan tidak akan menyia-nyiakan kebaikan Allah. Salah satu kebaikan Allah yang tidak ada tandingannya adalah tentang bagaimana Allah membalas kebaikan yang kita perbuat, kebaikan yang kita bicarakan disini adalah sedekah. Harta yang kita sedekahkan itu sama sekali tidak akan berkurang, bahkan akan Allah ganti dengan berkali-kali lipat. Berkali-kali lipatnya itu berapa sih? bisa sepuluh kali lipat kalau berdasarkan Surah Al-An’am ayat 160 yang seperti ini potongan bunyi dan artinya :
 “Man Jaa a bilhasanati falahuu ‘asyru amtsaa lihaa”
(Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya).
Tetapi kebaikan dari Allah tidak hanya berhenti di sepuluh kali lipat tadi, bahkan kebaikan (sedekah) yang kita keluarkan bisa Allah ganti dengan 700 kali lipat, hal ini sesuai dengan yang Allah katakan dalam Surah Al-Baqarah ayat 261 yang potongan bunyi dan artinya seperti ini :
 “Matsalulladziina yunfiquuna amwaalahum fii sabiilillahi kamatsali habbatin anbatat sab’a sanaa bila fii kulli sunbulatin miatu habbah”
(Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji).
          Kemudian dari dua ayat di atas, bisa kita simpulkan misalnya kita memberi satu maka paling sedikit akan kembali sepuluh kali lipat dan maksimal 700 kali lipat, masyaaAllah betapa baiknya Allah. Asal kita mau menyisihkan sebagian rejeki kita dengan niat ikhlas untuk Allah, untuk membantu di jalan Allah, kemudian dibarengi dengan doa supaya apapun yang menjadi hajat kita bisa semakin mudah kita dapatkan melalui perantara sedekah ini. It’s okay guys, ini memang salah satu cara yang Allah ajarkan kepada kita untuk mendapatkan rejeki lebih ataupun menggapai apapun yang menjadi hajat kita. Apalagi buat anak-anak muda, generasi milenial nih, pastinya sedang berada di fase yang mana semangat lagi besar-besarnya, keinginan, cita-cita lagi banyak-banyaknya. Maka dari itu tidak ada salahnya untuk dari sekarang menyicil atau mengistiqomahkan diri menggunakan cara-cara Allah untuk memudahkan kita menggapai cita-cita, supaya apa? supaya nanti 10 tahun lagi, 5 tahun lagi, atau bahkan dalam waktu dekat pun kita tinggal memetik hasilnya. 

“Tidak ada salahnya untuk dari sekarang menyicil atau mengistiqomahkan diri menggunakan cara-cara Allah untuk memudahkan kita menggapai cita-cita, supaya apa? supaya nanti 10 tahun lagi, 5 tahun lagi, atau bahkan dalam waktu dekat pun kita tinggal memetik hasilnya”

          Tetapi selanjutnya mungkin akan timbul pertanyaan, “untuk remaja seusia kita bagaimana bisa bersedekah menggunakan uang sendiri? duit jajan aja masih minta orang tua”. Come on guys, emang apa-apa itu butuh perjuangan hehe. It’s okay sekarang masih penghasilannya dari orang tua, tetapi apa salahnya uang jajan tadi kita usahakan lebih hemat dari biasanya untuk kemudian kita mulai sisihkan sebagian untuk kita sedekahkan? mumpung nih, mumpung lahan untuk bersedekah masih belum terlalu sulit untuk kita cari, mumpung masih banyak yang membutuhkan sebagian dari rejeki kita, sebelum nanti semua orang pada lebih memilih memberi daripada menerima, kalau udah gitu sedih kan mau sedekah ke mana lagi hehe. 
          Apalagi nih kalau misalnya kita sebagai anak muda mau lebih kreatif lagi, dengan cara berjualan misalnya. Apalagi sekarang sedang marak-maraknya bisnis berbasis digital. Dari situ bisa dah tuh kita berpenghasilan sedikit demi sedikit biar sedekahnya bisa lebih greget lagi karna hasil jerih payah sendiri, keren!
          Oke balik lagi ke topik awal hehe, keajaiban sedekah ini juga aku rasakan sebagai perantaraku menjadi mudah mendapatkan beasiswa BI. InsyaaAllah niatku disini adalah untuk menginspirasi orang lain untuk kemudian melakukan hal yang sama atau bahkan lebih, bukan untuk riya’. Aku sadar dan mungkin kita semua pun tau bahwa banyak orang di luar sana yang membutuhkan bantuan dan memang benar bahwa dalam rejeki kita terdapat hak orang lain, maka aku memiliki sebuah komitmen untuk menyisihkan sedikit saja dari uang saku setiap harinya yang mana nantinya jika sewaktu-waktu ada orang lain membutuhkan bisa langsung aku berikan seperti donasi untuk korban bencana alam, santunan anak yatim, pembangunan rumah tahfidz, dan lain sebagainya. Hal ini memang biasa saja dan tidak perlu dibanggakan karena bukan itu tujuanku, tetapi dari sini aku belajar untuk hidup sederhana di perantauan karena harus menyisihkan sejumlah nominal tertentu dari uang saku setiap harinya untuk tabungan sedekah. Mungkin sedekah yang pernah kalian lakukan bisa melebihi dari apa yang sudah aku lakukan, tetapi pada dasarnya insyaaAllah kita semua satu tujuan, untuk membantu di jalan Allah sekaligus sebagai penghantar untuk mudah dalam menggapai semua hajat kita.
          Waktu itu sehari sebelum berkas pesyaratan pendaftaran beasiswa BI dikumpulkan, aku sempatkan untuk menyedekahkan tabungan sedekahku. Dan Alhamdulillah ajaibnya aku lolos ke tahap selanjutnya yaitu wawancara, semakinlah diri ini semangat untuk semakin membuktikan bahwa sedekah itu benar-benar ajaib. Jadi, sehari sebelum aku mengikuti tes wawancara, ku sempatkan untuk lagi-lagi bersedekah. Niatnya memang ikhlas untuk membantu di jalan Allah tetapi sembari berdoa supaya tahap seleksi yang tinggal satu tahap ini bisa lancar dan membuahkan hasil sesuai yang diharapkan.
          Dan lagi-lagi sedekah benar-benar ajaib. Aku bisa lolos dari tahap wawancara dan berhasil menjadi salah satu penerima beasiswa Bank Indonesia. Alhamdulillah. Kalau misalnya kita mau berhitung berdasarkan matematika sedekah nih, yang kalau kita mengeluarkan satu maka minimal akan kembali sepuluh kali lipat dan maksimal 700 kali lipat, rasanya nominal beasiswa yang aku dapatkan bisa melebihi sepuluh kali lipat dari semua yang telah aku sedekahkan selama ini. Dari sini aku belajar, bukan hanya sekadar belajar soal besarnya nominal beasiswa yang aku dapatkan dibandingkan dengan apa yang telah disedekahkan, tetapi belajar untuk semakin yakin bahwa Allah sangat berbeda dari makhluk-makhluk ciptaanNya. MakhlukNya atau manusia sangat berpotensi mengingkari janji yang dia buat. Tetapi Allah tidak, kalau Allah udah bilang Dia akan mengganti dengan berkali-kali lipat atas kebaikan yang telah kita perbuat, maka kenyataannya benar-benar akan seperti itu. Tinggal kitanya nih mau percaya atau tidak, mau menggunakan cara-cara yang telah Allah berikan atau tidak, harus percaya dong, harus pake cara-cara Allah dong agar semua mimpi-mimpi kita bisa segera tercapai. Siap? yuk dibuktikan bareng-bareng guys, mulai sekarang banyakin sedekah, nabungnya lewat sedekah di jalan Allah biar nanti kita tinggal menikmati hasilnya, hasil yang pastinya berkali-kali lipat dari apa yang sudah kita keluarkan.

“Manusia sangat berpotensi mengingkari janji yang dia buat. Tetapi Allah tidak, kalau Allah udah bilang Dia akan mengganti dengan berkali-kali lipat atas kebaikan yang telah kita perbuat, maka kenyataannya benar-benar akan seperti itu.”

          Jadi seperti itulah beberapa cara yang bisa kita gunakan, yang bisa kita istiqomahkan untuk meraih apapun yang menjadi keinginan dan cita-cita kita. Tidak hanya untuk beasiswa dalam negeri, beasiswa luar negeri pun bisa atas izin Allah, mau jadi ini itu, mau punya ini itu pun juga bisa. Mau jadi pengusaha sukses, mau punya sekolah gratis untuk anak-anak kurang mampu, punya pesantren, mau jadi presiden pun insyaaAllah beres. Fikiran diyakinin akan kebesaran Allah, sahabatan sama Qur’an, shalawat dikencengin, sedekah dibanyakin, bisa bisa! Apalagi ditambah doa, doa dari orang tua, dari orang-orang tersayang, dan doa dari diri sendiri juga perlu. Tapi doanya juga kudu dengan penuh keyakinan, doa yang gede, doa yang tidak pernah mengecilkan Allah, misal “Ya Allah, jangan jadikan saya yang mencari beasiswa. Tetapi jadikan saya yang memberikan beasiswa kepada beribu-ribu anak Indonesia”. insyaAllah dengan bermodal doa yang segede itu, kalau cuma masalah beasiswa di dalam negeri bukanlah hal yang sulit bagi Allah, semua mudah bagi Allah.
          Okay guys, ini ceritaku kali ini, bisa dikatakan cerita pertamaku disini. Nantikan cerita-ceritaku yang lain di kemudian hari, soon. Semoga bisa menginspirasi kalian semua dan juga aku. Bahwa begitu banyak kesempatan di sekitar kita, cuma kadang kita tidak percaya diri untuk mencoba. Coba aja, ambil aja apapun kesempatan itu. Karna apa? karna ada Allah, ada begitu banyak cara-cara Allah yang bisa kita pake untuk menemani usaha-usaha kita sampai kita bisa menggapai berbagai pencapaian sesuai apa yang kita harapkan. Semangat guys! I’ll see you, soon insyaaAllah!
Pembukaan GYC (GenBI Youth Camp) 2019
Hotel Savana Malang, 05 April 2019
GYC (GenBI Youth Camp) 2019 bersama 150 anak penerima Beasiswa BI Malang
Batalyon Komando 464 Paskhas TNI AU, 07 April 2019
Perwakilan Bank Indonesia KPw Malang di Festival Kendaraan Hias Kota Malang 2019 dalam rangka HUT RI ke-74
Balai Kota Malang, 25 Agustus 2019
Perwakilan Bank Indonesia KPw Malang di Festival Kendaraan Hias Kota Malang 2019 dalam rangka HUT RI ke-74
Balai Kota Malang, 25 Agustus 2019

Komentar